Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sahabat Quran yang mudah-mudahan dirohmati Alloh swt. Ada tujuh plus tiga ulama yang dijadikan rujukan qira’at Al Quran. Seperti apakah sekelumit sejarah mereka, para perawi dan sanadnya, serta perbedaan singkat diantaranya? Berikut penjelasannya:
Ada tujuh orang imam yang terkenal sebagai ahli qira’at di seluruh dunia yang sering disebut juga dengan “Qurra’ as-Sab’ah” mereka adalah ulama-ulama yang terkenal hafalan, ketelitian dan cukup lama menekuni dunia qira’at serta telah disepakati untuk diambil dan dikembangkan qira’atnya. Para ulama juga memilih tiga orang selainnya yang qira’atnya dipandang shahih dan mutawattir, sehingga jumlahnya menjadi 10 orang imam qira’at atau lebih dikenal dengan istilah “al-Qurra’ al-asyrah” . Qira’at di luar yang sepuluh ini dipandang syadz.
Pengertian Rawi adalah orang yang meriwayatkan atau memberitakan, sementara pengertian sanad adalah mata rantai persambungan periwayat.
Dari kesepuluh Imam, yang paling banyak dianut oleh qari’ Indonesia adalah Imam Ashim (no.5 ), bacaan beliau diriwayatkan oleh Imam Hafs dan diajarkan kepada murid-muridnya sehingga riwayat ini sampai kepada Imam Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Jazari yang selama ini kita kenal sebagai pengarang kitab tajwid “Jazariyah” yang sudah banyak dipelajari di kalangan santri.
(Baca: Hafal Al Quran 30 Juz Dalam 40 Hari? Insya Alloh Bisa! Mau Tahu Caranya?)
1. Daftar Imam Qira’at As-Sab’ah
Abu ‘Amr bin ‘Ala’. Beliau adalah seorang guru besar para perawi. Nama lengkapnya adalah Zabban bin ‘Ala’ bin Ammar al Mazini al-Basri. Beliau adalah qari’ dari Bashrah (Irak, red.) lahir pada 67 H. dan wafat di Kufah pada 154 H. Dua orang perawinya adalah ad-Dauri dan as-Susi. Ad-Dauri adalah Abu Umar Hafs bin Umar bin Abdul Aziz ad-Dauri an-Nahwi. Ad-Dauri nama tempat di Baghdad. beliau wafat pada 246 H. As-Susi adalah Abu Syu’aib Salih bin Ziyad bin Abdullah as-Susi. Beliau wafat pada 261 H.
Ibnu Katsir. Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Katsir al-Makki. Beliau termasuk seorang Tabi’in, lahir pada 45 H. dan wafat di Makkah pada 120 H. Dua orang perawinya adalah al-Bazzi dan Qunbul. Al-Bazi adalah Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Abu Bazah, muadzdzin di Makkah, beliau diberi kunyah (gelar) Abu Hasan, dan wafat pada 250 H. Sementara Qunbul adalah Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Khalid bin Sa’id al-Makki al-Makhzumi. Beliau diberi kunyah Abu ‘Amr dan diberi julukan (panggilan) Qunbul. Dikatakan bahwa ahlul bait di Makkah ada yang dikenal dengan nama Qanabilah. Beliau wafat di makkah pada 291 H.
Nafi al-Madani. Nama lengkapnya adalah Abu Ruwaim Nafi’ bin Abdurrahman bin Abu Nu’aim al-Laisi, berasal dari Isfahan dan wafat di Madinah pada 169 H. Dua orang perawinya adalah Qalun dan Warasy. Qalun adlah isa bin Munya al-Madani. Beliau adalah seorang guru bahasa Arab yang mempunyai kunyah Abu Musa dan julukan qalun. Diriwayatkan bahwa Nafi’ memberinya nama panggilan Qalun karena keindahan suaranya, sebab kata Qalun dalam bahasa Romawi berarti baik. Beliau wafat di madinah pada 220H. Sedang Warasy adalah Usman bin Sa’id al-Misri. Beliau diberi kunyah Abu Sa’id dan diberi julukan Warasy karena teramat putihnya. Beliau wafat di mesir pada 198 H.
Ibn Amir asy-Syami. Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Amir al-Yahsubi, seorang kadi (hakim) di Damaskus pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik. nama panggilannya adalah Abu Imran, beliau termasuk seorang tabi’in, lahir pada 21 H. dan wafat di Damaskus pada 118 H. Dua orang perawinya adalah Hisyam dan Ibn Zakwan. Hisyam adalah Hisyam bin ‘Imar bin Nusair, qadhi di Damaskus. Beliau diberi kunyah Abdul Walid, wafat pada 245 H. Sedang Ibn Zakwan adalah Abdullah bin Ahmad bin Basyir bin Zakwan al-Qurrasyi ad-Daimasqi. beliau diberi kunyah Abu Amr. Dilahirkan pada 173 H, dan wafat pada 242 H. di Damaskus.(Suriah).
Ashim al-Kufi. Beliau adalah Ashim bin Abun Najud dan dinamakan pula Ibn Bahdalah, Abu Bakar. Beliau termasuk seorang tabi’in, wafat pada 128 H di Kufah. Dua orang perawinya adalah Syu’bah dan Hafs. Syu’bah adalah abu Bakar Syu’bah bin Abbas bin Salim al-Kuffi, wafat pada 193 H. Sedang Hafs adalah Hafs bin Sulaiman bin Mughirah al-Bazzar al-Kuffi. Nama panggilannya adalah Abu Amir. Beliau adalah orang yang terpercaya. Menurut Ibn Mu’in, beliau lebih pandai qira’atnya dari pada Abu Bakar, wafat pada 180 H.
Hamzah al-Kufi. Beliau adalah Hamzah bin Habib bin Imarah az-Zayyat al-Fafdi at-Taimi. Beliau diberi kunyah Abu Imarah, lahir pada 80 H, dan wafat pada 156 H. di Halwan pada masa pemerintahan Abu Ja’far al-Mansur. Dua orang perawinya adalah Khalaf dan Khalad. Khalaf adalah Halaf bin Hisyam al-Bazzaz. Beliau diberi kunyah Abu Muhammad, dan wafat di Baghdad pada 229 H. Sedang Khalad adalah Khalad bin Khalid, dan dikatakan pula Ibn Khalid as-Sairafi al-Kufi. Beliau diberi kunyah Abu Isa, wafat pada 220 H.
al-Kisa’i al-Kufi. Beliau adalah Ali bin hamzah, seorang imam ilmu Nahwu di Kufah. Beliau diberi kunyah Abdul Hasan, dinamakan dengan al-Kisa’i di saat ikhram. Beliau wafat di Barnabawaih, sebuah perkampungan di Ray, dalam perjalanan menuju Khurasan bersama ar-Raasyid pad 189 H. Dua orang perawinya adalah Abdul haris dan Hafs ad-Dauri. Abdul haris adalah al-Lais bin Khalid al-Baghdadi, wafat pada 240 H. Sedang Hafs al-Dauri adalah juga perawi Abu Amr ang telah disebutkan di atas.
2. Daftar 3 Imam Qira’at Penggenap 10 Imam Al-Asyrah
Abu Ja’far al-Madani. Belau adalah Yazid bin Qo’qi, wafat di Madinah pada 128 H dan dikatakan pula132 H. Dua orang perawinya adalah Ibn Wardan dan Ibn Jimas. Ibn Wardan adalah Abu Haris isa bin Wardan al-Madani, wafat di Madinah pad awal 160 H. Sedang Ibn Jimaz adalah Abu Rabi’ Sulaiman bin Muslim bin Jimaz al-Madani dan wafat pada akhir 170 H.
Ya’kub al-Basri. Beliau adalah Abu Muhammad Ya’kub bin Ishaq bin Zaid al-Hadrami, wafat di Basrah pada 205 H. tetapi dikatakan pula pada 185 H. Dua orang perawinya adalah Ruwais dan Rauh. Ruwais adalah Abu Abdullah Muhammad bin Mutawakkil al-Lu’lu’i al-Basri. Ruwais adalah julukannya, wafat di Basrah pada 238 H. Sedang Rauh adalah Abu Hasan Rauh bin Abdul Mu’in al-Basri an-Nahwi. Beliau wafat 234 H.atau 235 H.
Khalaf. Beliau adalah Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam bin Sa’lab al-Bazar al-Baghdadi. Beliau wafat pada 229 H, tetapi dikatakan pula bahwa kewafatannya tidak diketahui. Dua orang perawinya adalah Iskhaq dan Idris. Iskaq adalah Abu Ya’kub Ishaq bin Ibrahim bin Utsman al-Warraq al-Marwazi kemudian al-Baghdadi . Beliau wafat pada 286 H. Sedang Idris adalah Abul Hasan Idris bin Abdul Karim al-Baghdadi al-Haddad. Beliau wafat pada hari Idul Adha 292 H.
(Baca Juga: Hafal Al Quran 30 Juz Dalam 40 Hari? Insya Alloh Bisa! Mau Tahu Caranya?)
3. Siapakah Yang Memilih dan Menyeleksi Para Imam Qira’at ?
Pemilihan imam qira’at yang tujuh itu dilakukan oleh ulama terkemuka pada abad ke-3 Hijriyah . Bila tidak demikian, maka sebenarnya para imam yang dapat dipertanggungjawabkan ilmunya itu cukup banyak jumlahnya. Pada permulaan abad ke-2 umat Islam di Basrah memilih imam qira’at Imam Ibn Amr dan Ya’qub, di Kufah orang-orang memilih qira’at Ibn Amir, di Makkah mereka memilih qira’at Ibn Katsir, dan di Madinah mereka memilih qira’at Nafi’. Mereka itulah tujuh orang qari’.
Tetapi pada permulaan abad ke-3, Abu Bakar bin Mujahid, guru qira’at penduduk Iraq, dan salah seorang yang menguasai qira’at, yang wafat pada 334 H. menetapkan nama al-Kisa’i dan membuang nama Ya’kub dari tujuh kelompok qari tersebut.
4. Letak Perbedaan Qira’at Para Imam
Letak perbedaan qira’ah para imam, secara umum terletak pada delapan hal, yaitu: Lajnah (dialek), Tafkhim (penyahduan bacaan), Tarqiq (pelembutan), Imla (pengejaan), Madd (panjang nada), Qasr (pendek nada), Tasydid (penebalan nada), dan Takhfif (penipisan nada).
Contoh perbedaan qira’at yang paling sering kita jumpai adalah pengejaan. Pada beberapa lafal Alquran, sebagian orang Arab mengucapkan vocal ‘e’ sebagai ganti dari ‘a’. Misalnya, ucapan ‘wadh-dhuhee wallaili idza sajee. Maa wadda’aka rabuka wa maa qolee’. Kendati masing-masing imam punya beberapa lafal bacaan yang berbeda, dalam mushaf yang kita pakai sehari-hari tidak terdapat tanda perbedaan bacaan itu. Perbedaan lafal bacaan ini hanya bisa kita temui dalam kitab-kitab tafsir yang klasik. Biasanya, dalam kitab-kitab klasik tersebut, akan ditemukan penjelasan tentang perbedaan para imam dalam membaca masing-masing lafal itu.
Menurut berbagai literatur sejarah, perbedaan dalam melafalkan ayat-ayat Alquran ini mulai terjadi pada masa Khalifah Utsman bin Affan ra. Ketika itu, Utsman mengirimkan mushaf ke pelosok negeri yang dikuasai Islam dengan menyertakan orang yang sesuai qira’atnya dengan mushaf-mushaf tersebut. Qira’at ini berbeda satu dengan lainnya karena mereka mengambilnya dari sahabat yang berbeda pula. Perbedaan ini berlanjut pada tingkat tabi’in di setiap daerah penyebaran. Demikian seterusnya sampai munculnya imam qurra’.
Demikianlah penjelasan tentang nama para ulama qira’at beserta perawi dan sanad mereka. Semoga artikel ringan ini bisa menginspirasi Anda untuk mulai menghafal Al Quran dari sekarang sehingga tercatat sebagai Ahlul Quran, insya Alloh.