Meraih kebahagian bersama Al Quran harus dengan “sengsara”? Kenapa bisa demikian? Berikut kami sajikan penjelasan lebih lengkapnya disertai dengan 10 alasan:
Allah swt. berfirman: “Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah (sengsara).” (TQS. Thahaa: 2)
Ayat di atas pengertian secara implisitnya bahwa Al Quran diturunkan di muka bumi ini adalah agar manusia dapat meraih kebahagiaan.
Mengapa Allah swt. tidak menyebut langsung dengan ungkapan: “Kami turunkan Al Quran ini agar kamu bahagia.”?
Selain menunjukkan keindahan, kesantunan dan cita rasa yang sangat tinggi dari bahasa Al Quran. Ayat di atas mengandung makna yang sangat relevan dengan kenyataan kehidupan manusia yang telah mengenal Al Quran dan mencintai Al Quran.
Siapa saja yang ingin bahagia bersama Al Quran, maka dirinya harus siap untuk “sengsara” (mujahadah) dengan Al Quran.
“Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.” (TQS. Al Insan: 24)
10 Langkah Meraih Bahagia Bersama Al Quran
Untuk dapat meraih bahagia bersama Al Quran, maka seorang Mukmin harus:
1. “Sengsara” secara mental dan fisik.
Dalam arti harus tahan dalam kondisi yang orang lain bisa jadi akan merasa sulit dan sengsara dalam menjalaninya. Karena bukan sesuatu yang ringan dan mudah menegakkan disiplin diri saat harus membacanya, menghafalnya, muroja’ah (mengulang hafalannya), mengkaji tafsir dan seterusnya. Yang mana semua bentuk interaksi tersebut harus dijalaninya dalam durasi waktu yang tidak sebentar dan harus bersifat terus-menerus alias ditetapkan sebagai agenda rutin disepanjang hidupnya.
Karenanya tentu Al Quran tidak akan menarik bagi mereka yang tidak memiliki kesiapan disiplin dan konsistensi diri dalam aktivitas diatas. Bahkan baginya merupakan sesuatu yang berat dan menyengsarakan. Sedangkan kebahagiaan bersama Al Quran akan sulit diraih oleh mereka yang minim perhatiannya terhadap Al Quran, termasuk mereka yang pelit waktu dalam interaksi dengan Al Quran.
Untuk menjadi Ahlul Quran harus ditempuh dengan harga yang mahal, butuh ketahanan mental dalam menjaga istiqomah diri saat berlama-lama bersama Al Quran, hingga ia menemukan kenikmatan yang tidak dapat digambarkan secara nyata tetapi dapat dirasakan dalam bentuk kepuasan ruhiyah yang tiada terkira. Inilah diantara buah kebahagiaan saat bersama Al Quran.
2. “Sengsara” karena secara otomatis harus siap melaksanakan semua Syariat Allah swt. .
Tanpa kesiapan melaksanakan Syariat Allah swt. seperti sholat 5 waktu, puasa, zakat dst, maka seseorang tidak akan mungkin dapat menikmati Al Quran.
3. “Sengsara” dalam menjaga diri dari maksiat.
Diantara perjuangan ruhiyah agar bisa dekat dan merasakan nikmatnya dalam berinteraksi dengan Al Quran adalah perjuangan lahir dan batin untuk menghindar dari segala maksiat, baik besar maupun maksiat yang kecil. Karena Al Quran tidak akan merespon pembacanya yang masih suka melakukan maksiat.
Hal ini harus selalu menjadi perhatian yang serius bagi para pemburu kebahagiaan bersama Al Quran – bersabar dari berbuat maksiat serta menjaga diri dari segala yang menyeret dirinya dalam kehinaan. Karena itu perlu membangun sistem yang mampu menjadi penjaga kesucian dirinya, diantaranya dengan melazimkan istighfar.
4. “Sengsara” dalam menegakkan Ibadah Malam.
Membangun kebiasaan diri untuk berjaga dimalam hari untuk dzikir dan ibadah kepada Allah swt. tentu merupakan suatu aktivitas yang sangat berat dan menyengsarakan. Hal diatas adalah suatu amal yang sangat dituntut bagi para pemburu kebahagiaan Al Quran.
Dan tentu tidak akan pernah menarik bahkan menyengsarakan bagi seseorang tidak mengenal Al Quran dan tidak mendambakan terjalinnya kedekatan dengan Al Quran, karena itu tidur banyak lebih ia sukai.
5. “Sengsara” dalam melaksanakan isinya.
Al Quran tidak akan memberikan hasil tadabbur dan inspirasi yang maksimal bagi mereka yang tidak memiliki kesiapan untuk mengamalkan isi dan kandungan (perintah serta larangan) yang ada di dalamnya.
(Baca Juga: Hafal Al Quran 30 Juz Dalam 40 Hari? Insya Alloh Bisa! Mau Tahu Caranya?)
6. “Sengsara” di dalam mendakwahkan dan memperjuangkan Al Quran.
Ketika seorang mencintai Al Quran maka Allah swt. akan memberikan ilham kepadanya untuk memiliki dorongan kuat untuk mendakwahkannya. Mendakwahkan baik isi kandungan Al Quran, mendakwahkan bagaimana cara membacanya sesuai dengan kaidah yang benar, ataupun mendakwahkannya dalam pengertian syi’ar yang lebih luas lagi, termasuk membelanya ketika ada yang mencelanya.
Upaya perjuangan diatas tentu akan diakrabi dengan berbagai rintangan dan kendala. Apalagi saat masyarakat masih sangat minim penerimaannya terhadap Al Quran baik secara ruhiyah, jasmaniyah maupun pemikirannya. Seseorang yang hidupnya tidak terlibat dalam memperjuangkan Al Quran, maka ia tidak akan pernah merasakan ruh Al Quran bersamanya.
7. “Sengsara” dalam mengajarkan Al Quran kepada umat.
Pada dasarnya tanpa diajarkan, maka manusia tidak akan merasakan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al Quran. Karena itu akan sulit jika diharapkan seseorang dengan serta merta siap menjadi pendukung dan pembela Al Quran. Disinilah peran utama yang harus difahami oleh para pencinta Al Quran saat harus terjun memberikan pengajaran kepada umat.
Tidak sebatas mengajarkan bagaimana cara membacanya saja, tetapi harus terus melakukan proses peningkatan menuju langkah-langkah bagaimana memahamkan umat sehingga terbangun secara sistematis rasa cintanya kepada Al Quran. Ketika rasa cinta terhadap Al Quran sudah tumbuh subur dihati seorang muslim, pada gilirannya akan mudah diharapkan untuk melaksanakan kandungan ajarannya.
8. “Sengsara” dalam istiqomah bersama Al Quran.
Tanpa niat untuk istiqomah bersama Al Quran, sulit seseorang mendapatkan kebahagiaan yang sempurna dari segala bentuk interaksinya dengan Al Quran. Kebahagiaan bersama Al Quran harus diraih dengan perjuangan yang mahal, yang berat, karena itu butuh kesungguhan dan tekad untuk istiqomah.
Istiqomah ini akan mudah dilihat saat sang pendamba kebahagiaan itu diuji keimanannya oleh Allah swt. Apakah ujian yang sifatnya duniawi maupun ujian yang sifatnya membutuhkan keteguhan jiwa dalam mempertahankan keselamatan dan kemuliaan akhirat, misalnya terkait ujian ibadah.
9. “Sengsara” dalam melaksanakan jihad yang merupakan salah satu perintah yang ada di dalam Al Quran.
Jihad merupakan perintah yang jelas yang telah disebutkan di dalam Al Quran. Untuk melaksanakan perintah jihad sesuai dengan konsep jihad yang dikehendaki Allah swt. bukanlah perkara yang mudah. Sedangkan para pecinta Al Quran harus siap melaksanakan perintah jihad sebagai bentuk kepatuhan dan ketundukkannya kepada Al Quran.
Adapun mengapa Allah swt. mensyari’atkan Jihad di dalam Al Quran? Karena tanpa jihad, umat Islam tidak akan mendapatkan kemuliannya. Inilah jawaban prinsip yang menjadi alasan perintah jihad.
10. “Sengsara dalam mengorbankan semua yang dicintainya untuk Allah swt..
Aslinya tabiat manusia adalah cinta terhadap harta dan enggan bersusah payah (dalam hal apa saja). Hal ini banyak dibahas oleh Al Quran. Kecintaan terhadap harta dan jiwa harus menjadi suatu kewasapadaan bagi para pencinta Al Quran jika ingin dirinya senantiasa meraih kebahagiaan bersama Al Quran. Karena cinta terhadap keduanya (harta dan jiwa) dapat mengikis bahkan memusnahkan rasa cintanya terhadap Al Quran.
Oleh karena itu perlu perjuangan jiwa dan raga untuk siap melakukan pengorbanan demi melaksanakan isi Al Quran secara seutuhnya. Jauhkan bisikan-bisikan cinta terhadap harta dunia serta siapkan raga untuk bermujahadah bersama Al Quran.
Demikianlah kiranya diantara rahasia mengapa Allah swt. ungkapkan dengan kata “sengsara” dalam ayat di atas.
Namun dari itu… Sungguh Allah swt. menafikan berbagai bentuk kesengsaraan tersebut di atas, karena hakikatnya Allah swt. tidak pernah menyengsarakan hamba-Nya.
Hal ini terbukti pada para pencinta Al Quran yang selalu menjaga kebersamaan dirinya dengan Al Quran. Mereka nyaris tidak merasakan kesengsaraan tersebut karena sudah tertutupi oleh dampak kebahagiaan yang langsung Alllah anugerahkan ke dalam hatinya baik di dunia ini dan yang akan disempurnakan-Nya di akhirat kelak.
Subhanallah…
Dalam ayat selanjutnya ayat ke-3 dari surat Thahaa: “melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),” (TQS. ThaHaa: 3)
Ayat di atas menegaskan fungsi Al Quran sebagai tadzkiroh (pengingat) bagi orang-orang yang betul-betul ingin mengenal Allah swt. sehingga di dalam jiwanya tumbuh rasa takut yang mendalam (khosy-yah).
Fungsi inilah yang akan menimbulkan efek bahagia, tentram dan senang serta cinta kepada Al Quran.
Khosy-yah kepada Allah swt. akan semakin hidup di hati seorang mukmin jika ia benar-benar mengenal Allah swt. dengan semua sifat-sifat-Nya dan Maha Kuasa-Nya.
Hal ini sebagaimana difirmankan-Nya dalam ayat selanjutnya, yakni ayat 4 sampai ayat 8 dari surat Thahaa: “diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi,”
“(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy. Milik-Nyalah apa yang ada di langit, apa yang ada di bumi, apa yang ada di antara keduanya, dan apa yang ada di bawah tanah. Dan jika engkau mengeraskan ucapanmu, sungguh, Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik.”
Mari kita bersama Tancapkan di dalam hati niat dan tekad untuk menjadi Ahlul Quran. Para pencinta Al Quran yang bersungguh-sungguh menjaga kebersamaan lahir dan batinnya bersama Al Quran akan semakin mengenal Allah swt. Dengan mengenal-Nya akan kita temukan kebahagiaan sejati. Selamat berjuang menjadi Pencinta Al Quran.
Wallohu a’lam bishshowab.
Oleh: Ustadz Abdul Aziz Abdur Ro’uf.